INI BACA ■Alumni Akpol 1998 Batalion Parama Satwika dan Bhayangkari di seluruh Indonesia dan perwakilan dari Belanda melaksanakan refleksi kebangsaan dan doa bersama secara virtual.
Kegiatan Alumni Akpol 1998 ini menghadirkan penceramah, ustaz Das’ad Latif, pendeta Gilbert Lumoindong dan Penandhita Iptu I Wayan Pantun.
Ketua Alumni Akpol 1998/Parama Satwika yang juga menjabat selaku Ajudan Presiden RI, Kombes Adi Vivid Agustiadi Bachtiar dalam kesempatan tersebut menjelaskan, refleksi kebangsaan ini merupakan wujud rasa nasionalisme kepada bangsa dan negara. Dimana selaku abdi negara wajib menumbuhkan kecintaan yang harus diwujudkan dalam melaksanakan tugas sehari-hari, terangnya
Lanjut kata Kombes Adi Vivid dalam ajaran semua agama, rasa cinta tanah air telah diajarkan dalam tuntunan agama yang kita anut sehingga sudah seharusnya sebagai insan beragama kita harus merefleksikan diri kita untuk selalu menumbuhkan rasa cinta kepada tanah air,” ujarnya, Kamis (19/8/2021).
Dia menekankan, terkait dengan Pandemi Covid-19 yang terjadi khususnya di Indonesia, Pemerintah telah berupaya maksimal dengan melakukan upaya 3T (testing, tracing dan Treatment) dan juga meningkatkan jumlah vaksinasi sebagai upaya Herd Immunity bagi seluruh masyarakat sehingga bangsa Indonesia terbebas dari virus corona, imbuhnya
Dalam upaya penanganan Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan gugurnya pahlawan kesehatan baik dari TNI, Polri dan tenaga kesehatan yang telah meninggalkan duka bagi seluruh keluarga yang ditinggalkan, olehnya marilah kita doakan kepada para pahlawan kesehatan yang telah gugur tersebut semoga diberikan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan keikhlasan,” ucap Adi Vivid.
Terakhir, Adi Vivid menyapa seluruh alumni Akpol 1998 Batalion Parama Satwika yang hadir secara virtual dari Aceh sampai dengan Papua termasuk alumni yang saat ini bertugas sebagai Atpol Denhaag di Belanda.
Sementara itu, Ustaz Ustad Das’ad Latif mengungkapkan betapa pentingnya rasa syukur kepada Tuhan atas segala apa yang diperoleh oleh kita selama ini.
“Bapak-bapak semua sebagai seorang polisi harus selalu bersyukur krn bapak sudah memiliki kewenangan dalam menjalankan tugas, kewenangan tersebut tidak dimiliki oleh orang lain termasuk saya sebagai ustad. Bapak bisa pakai baju ustad, tapi ustad das’ad tidak bisa pakai baju polisi, pasti saya bisa disebut polisi gadungan,” beber Ustaz Das’ad Latif
Kami terima saat ini itulah yang terbaik, jangan pernah sangka buruk sudah bekerja dengan baik, mengikuti tupoksi dengan baik, apa yang kita minta ternyata tidak kita dapatkan maka mari bersangka baik memang inilah yang terbaik dari Allah SWT, tandas Ustad Das’ad Latif.
Acara dilanjutkan dengan doa bersama yang disampaikan secara Islam oleh Ustaz Das’ad Latif, doa secara Nasrani disampaikan oleh Pendeta Gilbert Lumoindong dan doa secara hindu disampaikan oleh Penandhita Iptu I Wayan Pantun.
Terpantau, Batalion Parama Satwika juga memberikan tali asih kepada keluarga besar Batalyon Parama Satwika yang telah meninggal dunia yaitu sebanyak 16 orang yang ada di seluruh Indonesia, yang diwakili oleh Ibu Hj. Suparti selaku ibu kandung dari Alm Sertar Joko Suprapto yang gugur saat masih menjadi Taruna Akpol pada tahun 1996.
Editor: A2M
Publish : Ersan