Oleh: Mohamad Rivani, S.IP, MM
Pada hari Rabu (5/10/2022) bertempat di Media Center, Senat Universitas Tadulako (UNTAD) telah memilih 3 calon Rektor yang akan diajukan ke pihak KemendikbudRistek untuk ditetapkan menjadi Rektor UNTAD periode 2023-2027. Ketiga nama yang diajukan tersebut adalah Prof Dr. Amar, Prof Dr. Muhammad Khairil dan Dr. Lufsyi Mahmudin.
Dari ketiga nama yang diajukan tersebut, perolehan suara Prof Dr. Amar mengungguli dua kandidat lainnya, jumlah suara yang memilih Prof Dr. Amar sebanyak 38 suara dan Prof Dr. Khairil sebanyak 32 suara, sedangkan Dr Lufsyi Mahmudin tidak mendapatkan satupun suara.
Komposisi suara senat saat pemilihan Rektor mendeskripsikan keinginan yang kuat bahwa UNTAD pasca Prof Mahfudz lebih tepat di nahkodai oleh seorang teknokrat yang berpengalaman. Mengapa? jika melihat track record dari seorang Prof Dr. Amar, maka keinginan itu sudah tepat.
Prof Dr. Amar adalah seorang mantan Dekan Fakultas Teknik Universitas Tadulako, selain itu, saat ini beliau juga seorang Wakil Rektor IV bidang pengembangan dan Kerjasama, yang tentunya sangat paham dan familiar dengan berbagai pihak, baik internal maupun eksternal, utamanya bagaimana bersinergi dengan Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah (Sulteng) dalam mewujudkan SULTENG sebagai daerah utama penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN).
Berbicara tentang IKN, tentunya sangat berkorelasi dengan Sulteng, apalagi saat ini Sulteng termasuk lima propinsi yang ditetapkan oleh pemerintah menjadi Kawasan Pangan Nusantara (KPN) penyangga IKN, hal ini tentunya perlu dukungan UNTAD yang notabenenya adalah Universitas pencetak generasi-generasi tangguh dan pelaku pembangunan di Sulteng.
Saya meyakini ditangan Prof Dr. Amar UNTAD akan mejelma menjadi Universitas Modern yang selalu mengadopsi setiap kemajuan dan teknologi baru serta menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja yang dibutuhkan saat ini. Saya juga meyakini bahwa Prof Dr. Amar dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Sulteng dalam hal penyediaan infrastruktur penunjang untuk menjadi daerah penyangga IKN. Hal ini bukan isapan jempol semata, secara makro saya mencoba menguraikan secara singkat.
Paling tidak terdapat dua hal penting, pertama, jika Infrastruktur IKN semisal jalan, jembatan dan Pelabuhan itu memerlukan tenaga kerja ahli, baik itu dari sisi perancangan maupun pengerjaan, maka pihak UNTAD melalui tangan dingin Prof Dr. Amar dapat menyediakannya. UNTAD melalui Fakultas Teknik punya banyak tenaga ahli, baik itu para dosen, tenaga laboran, bahkan Alumni yang berkualifikasi ahli dibidang keteknikan.
Saya yakin jika ini dikerjasamakan, Infrastruktur IKN bakal jadi dan ditangani oleh para tenaga ahli lokal lulusan UNTAD, bukankah ini sangat membanggakan bagi kita semua, karena bisa berkontribusi aktif dalam pembangunan Sulteng sebagai daerah penyangga IKN.
Kedua, KPN yang akan ditanami tanaman pangan juga dapat dikerjasamakan dengan pihak UNTAD. Prof Dr. Amar saya yakin bisa mengcreate master plan KPN melalui Fakultas Pertanian UNTAD, banyak hal yang dapat dilakukan, termasuk ikut serta dalam mengajarkan teknologi baru tentang pertanian yang lebih efisien dengan hasil maksimal kepada para petani yang berada di Desa Talaga Kabupaten Donggala. KPN Talaga juga dapat menjadi studi lapangan bagi para mahasiswa dan Dosen UNTAD dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian sehingga menghasilkan varietas baru yang lebih unggul dari sebelumnya dan yang paling penting mengembalikan Sulteng sebagai daerah pertanian.
Kita ketahui bersama bahwa pada tahun 2021, menurut rilis yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), telah terjadi pergeseran struktur ekonomi Sulteng, dimana kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan hanya sebesar 18,87 persen, menurun dari tahun tahun sebelumnya, padahal masyarakat Sulteng banyak yang berprofesi sebagai petani. Berangkat dari hal tersebut maka sudah seharusnya sektor ini mendapatkan perhatian lebih untuk kembali menjadi daerah pertanian, salah satunya dengan KPN yang bisa bekerja sama dengan UNTAD.
Kembali ke soal Rektor, saya merasa bahwa sudah saatnya memberikan kesempatan kepada seorang teknokrat untuk memimpin UNTAD, karena seorang teknokrat sangat ahli dalam hitung-hitungan matematis, dan mengelola UNTAD perlu hitungan yang matang. Kedepan, status UNTAD juga akan berubah dari BLU menjadi Universitas yang Mandiri pendanaannya, olehnya perlu manajemen pengelolaan dan pengendalian resiko berbasis hitungan yang rasional.
Penulis Adalah Pemerhati Masalah Sosial, Ekonomi dan Politik Sulawesi Tengah