INIBACA.COM | JEMBRANA — Komitmen untuk mengembangkan dan memberdayakan komoditas unggulan pertanian khususnya komoditas kakao dari hulu hingga hilir, Bupati Jembrana I Nengah Tamba secara resmi mendeklarasikan pencanangan Desa Ekasari sebagai Desa Kawasan Kakao Organik, Jumat (4/11) bertempat di Kelompok Tani Merta Abadi, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya.
Selain Deklarasi Desa Kawasan Kakao Organik, dikesempatan yang sama, Bupati Tamba bersama Forkopimda serta Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Dini Astika Sari juga melakukan penanaman bibit kakao serta petik buah kakao di kawasan tersebut.
"Deklarasi ini bentuk komitmen dan semangat kita sebagai pemerintah daerah bersama dengan masyarakat untuk mengembangkan komoditas unggulan sektor pertanian di kabupaten Jembrana yakni kakao. Karena selain masyarakat sudah sangat semangat, buyer juga siap, tentu kita "gas" terus,"ujar Bupati Tamba.
Dengan deklarasi tersebut, Ia meyakini kedepan akan menjadi kawasan komoditas unggulan kakao berbasis korporasi petani dengan pengelolaan hulu hingga hilir berbasis kawasan dan kelembagaan petani, sehingga berdampak terhadap nilai tambah dan daya saing bagi petani yang sangat berpeluang bisa dikembangkan sebagai destinasi agrowisata.
"Hari ini kita deklarasikan satu desa dulu, desa Ekasari. Sebagai Desa Kawasan Kakao Organik, tentu kedepan kawasan ini akan banyak dikunjungi dan menjadi tempat studi bagi orang - orang yang ingin belajar praktik langsung tentang kakao. Jadi kelompok harus tetap semangat dan tekun,"ucapnya.
Tidak hanya sampai disitu, Bupati asal desa Kaliakah ini juga memaparkan tengah mempersiapkan ekosistem terkait pengembangan kakao. Mulai dari awal, proses hingga pemasaran.
"Kita sudah membuat ekosistemnya. Pertama, kakao yang hari ini kita tanam hampir 350 ribu bibit. Kemudian untuk prosesnya pabrik "Factory Chocolate" akan ada di desa Kaliakah yang akan kita rencanakan di tahun 2023 melalui Bappenas dan Kementrian Koperasi dan UKM. Selanjutnya untuk hasil olahan kakao tersebut akan kita tampung di Sentra Tenun yang akan menjadi pusat oleh - oleh kabupaten Jembrana. Disamping itu kita juga telah memiliki buyer untuk ekspor. Jadi lengkap sudah itu ekosistemnya,"paparnya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Sutama menjelaskan saat ini luas tanaman kakao di Jembrana ada 6.300ha dengan produksi 2.800 hingga 3.000 ton biji kering/tahun. "Khusus di desa Ekasari ini potensi yang dapat dikembangkan nanti 450ha, dengan eksisting tanaman kakao baru 258ha. Tahun ini akan plot di desa ini untuk pengembangan 100ha lagi,"ucapnya.(yogi)
Selain Deklarasi Desa Kawasan Kakao Organik, dikesempatan yang sama, Bupati Tamba bersama Forkopimda serta Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Dini Astika Sari juga melakukan penanaman bibit kakao serta petik buah kakao di kawasan tersebut.
"Deklarasi ini bentuk komitmen dan semangat kita sebagai pemerintah daerah bersama dengan masyarakat untuk mengembangkan komoditas unggulan sektor pertanian di kabupaten Jembrana yakni kakao. Karena selain masyarakat sudah sangat semangat, buyer juga siap, tentu kita "gas" terus,"ujar Bupati Tamba.
Dengan deklarasi tersebut, Ia meyakini kedepan akan menjadi kawasan komoditas unggulan kakao berbasis korporasi petani dengan pengelolaan hulu hingga hilir berbasis kawasan dan kelembagaan petani, sehingga berdampak terhadap nilai tambah dan daya saing bagi petani yang sangat berpeluang bisa dikembangkan sebagai destinasi agrowisata.
"Hari ini kita deklarasikan satu desa dulu, desa Ekasari. Sebagai Desa Kawasan Kakao Organik, tentu kedepan kawasan ini akan banyak dikunjungi dan menjadi tempat studi bagi orang - orang yang ingin belajar praktik langsung tentang kakao. Jadi kelompok harus tetap semangat dan tekun,"ucapnya.
Tidak hanya sampai disitu, Bupati asal desa Kaliakah ini juga memaparkan tengah mempersiapkan ekosistem terkait pengembangan kakao. Mulai dari awal, proses hingga pemasaran.
"Kita sudah membuat ekosistemnya. Pertama, kakao yang hari ini kita tanam hampir 350 ribu bibit. Kemudian untuk prosesnya pabrik "Factory Chocolate" akan ada di desa Kaliakah yang akan kita rencanakan di tahun 2023 melalui Bappenas dan Kementrian Koperasi dan UKM. Selanjutnya untuk hasil olahan kakao tersebut akan kita tampung di Sentra Tenun yang akan menjadi pusat oleh - oleh kabupaten Jembrana. Disamping itu kita juga telah memiliki buyer untuk ekspor. Jadi lengkap sudah itu ekosistemnya,"paparnya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Sutama menjelaskan saat ini luas tanaman kakao di Jembrana ada 6.300ha dengan produksi 2.800 hingga 3.000 ton biji kering/tahun. "Khusus di desa Ekasari ini potensi yang dapat dikembangkan nanti 450ha, dengan eksisting tanaman kakao baru 258ha. Tahun ini akan plot di desa ini untuk pengembangan 100ha lagi,"ucapnya.(yogi)